Dan mengapa manusia tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar (QS. Arrum(30): 8)

Berbagunglah dengan Komunitas Seni Religius Indonesia 2009

Wednesday, May 6, 2009

Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) atau yang lebih sering disebut dengan SQ merupakan bentuk kecerdasan dalam menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. SQ mampu menilai suatu tindakan atau jalan hidaup seseorang lebih bermakna dibandinngkan dengan yang lainnya. SQ membuat Anda dapat membedakan baik atau buruknya sesuatu, juga memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dan kemampuann memahami cinnta sampai pada batasnya.

Manusia menggunakan SQ untuk mempertahankan sebuah kebenaran atau melawan nilai keyakinan yang bertentangan dengan kebenaran tersebut. Dengan SQ pula, manusia bisa bercita-cita, menngangkat derajatnya dari kerendahan dan menjadikannya sebagai makhluk yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa. Manusia menggunakannya untuk lebih cerdas secara spiritual dalam beragama dan menghubungkannya dengan makna dan ruh esensial di belakang agama.

SQ memungkinkan Anda dapat menyatukan hal yang bersifat intra-personal dan inter-personal serta dapat menjembatani kesennjanngan antara diri sendiri denngan orang lainn, sehingga dapat mencapai perkembangan diri yang lebih utuh sebagai manusia yang diciptakan dalam bentuuk yang paling sempurnna dibandingkan dengan makhluk lain.

Kadar kecerdasan IQ, EQ dan SQ belum tentu sama pada setiap diri seseorang. Selalu ada yang dominan dari ketiganya. Dari kecenderungan tersebut akan muncul berbagai variasi pola pikir dan tindakan. Akan tetapi, satu hal yang mendasar yang harus kita pahami adalah sebisa mungkin IQ, EQ dan SQ dapat bekerja secara maksimal dan saling mendukung. Wallahu A'lam

Monday, May 4, 2009

B. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Menanggapi komentar dari Bapak Setiawan pada ulasan tentang IQ, sebenarnya memang pembahasan tentang pumping talent tidak cukup hanya ditulis dalam satu posting dan untuk memahaminyapun tidak cukup hanya focus pada satu pembahasan tanpa menoleh ke pembahasan yang lain Hal itu karena Satu pembahasan dengan pembahasan lain merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.

Mungkin Bapak Setiawan belum sempat membaca tulisan saya yang dipostkan sebelumnya tentang bakat ilmiah (saya tidak perlu uraikan kembali pembahasannya).

Baiklah, pada kesempatan ini saya akan mencoba uraikan tentang kecerdasan emosional, atau lebih sering disebut EQ (Emotional Quotien)

Istilah Emotional Quotient (EQ) sebenarnya sudah populer sejak tahun 1990-an. Istilah tersebut dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Seperti halnya IQ, proses berpikir dengan EQ bermula dari proses penyerapan informasi oleh panca indera. Bedanya, jika IQ cenderung pada otak kiri (logis dan taat aturan) untuk memutuskan tindakan, jika EQ lebih cenderung pada otak kanan (kreatif dan asosiatif).

EQ membuat Anda memiliki rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara cepat. Dasar pola pikir EQ terletak pada kekayaan ragam pemikiran yang mendasari sebagian besar kecerdasan emosional murni.Dengan Pola pemikiran EQ, memungkinkan Anda dapat mengenali aroma masakan, mengenali wajah seseorang, terampil dan variatif.
Keunggulan berpikir dengan pola ini adalah dapat dengan mudah berinteraksi dengan pengalaman dan terus berkembang melalui pengalaman tersebut

Sunday, May 3, 2009

A. Kecerdasan Intelektual (IQ)

IQ (Intelegentia Quotient) adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah secara logika dan strategi berfikir. Prosesnya melalui penyerapan informasi dengan panca indera kemudian menggunakan otak kiri untuk mengambil keputusan bertindak.

Berfikir dengan pola ini disebut juga berfikir secara seri. Dasar pola berfikir ini adalah kebenaran yang bersifat empiris, logis dan matematis. Jika Anda makan, maka Anda kenyang, jika 3+4=7, maka 7-3=4 dan seterusnya.

IQ bekerja menurut jalur saraf belajar dan menurut program yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aturan logika formal. Proses belajar berjalan runut, bertahap dan taat aturan. Berlatih berhitung merupakan salah satu cara yang memungkinkan anda memaksimalkan fungsi IQ.

Dalam bekerja, otak kiri lebih sering mengandalkan panca indera. Perpaduan dari otak kiri dan panca indera akan menghasilkan cara berpikir yang berguna untuk menyelesaikan persoalan rasional atau tugas-tugas yang sudah diplanning secara jelas. Berfikir dengan pola IQ sangat mirip dengan proses aplikasi komputer.





Pumping Talent ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO